(Image by Artstation) |
Jika biasanya puisi cukup dibukukan atau dibacakan dalam sebuah musikalisasi, sebagai negara yang sudah cukup akrab dengan sastra seperti Jepang punya cara lain untuk menikmatinya. Yaitu dengan menyusunnya ke dalam kartu-kartu untuk dimainkan.
Utagaruta (kartu lagu) atau yang juga sering disebut hyakunin isshu karuta adalah permainan unik yang membuat orang-orang Jepang semakin akrab dengan sastra sejak dini.
Orang Jepang sudah akrab dengan sastra sejak zaman Heian. Pada zaman itu, sastrawan-sastrawan banyak bermunculan. Salah satunya adalah Murasaki Shikibu, penulis novel pertama di Jepang sekaligus di dunia yang ternyata adalah seorang wanita.
Dulu, banyak sekali sastrawan yang menuliskan karya sastra termasuk puisi untuk memuaskan para penghuni istana. Tidak heran, jika pada zaman itu, orang yang bisa menulis karya sastra dan punya pengetahuan luas tentang sastra akan dihormati.
Hyakunin isshu adalah koleksi 100 puisi tradisional Jepang yang dikenal dengan nama tanka. Puisi ini sama seperti puisi tradisional pada umumnya memiliki aturan penulisan yang baku. Yaitu harus memiliki total 31 silabel dengan urutan 5, 7, 5, 7, 7.
Puisi ini disusun oleh Fujiwara Teika pada zaman Kamakura. Kemudian pada zaman Sengoku, orang-orang mulai memainkan kartu berisi puisi-puisi tadi. Namun, karena sastra biasanya hanya dinikmati oleh golongan atas saja, pada zaman itu hanya para bangsawan yang bisa memainkan permainan kartu ini.
Cara Bermain Kartu Hyakunin Isshu
(Image by Wafuku) |
Dalam satu set hyakunin isshu karuta, terdapat 200 kartu yang terdiri dari 100 kartu yomifuda atau kartu yang dibacakan dan 100 kartu torifuda atau kartu yang dimainkan. Pada setiap kartu yomifuda terdapat tiga bait pertama puisi tradisional yang disebut kaminoku. Sedangkan dalam torifuda hanya terdapat dua bait terakhir puisi yang disebut dengan shimonoku. Masing-masing kartu yomifuda dan torifuda memiliki pasangan sendiri-sendiri, yang jika digabungkan akan membentuk satu puisi yang indah.
Permainan ini paling sedikit bisa dilakukan oleh tiga orang. Satu orang membacakan kartu yomifuda, sedangkan dua orang lainnya berebut kartu shimonoku sesuai yang dibacakan oleh pembaca yomifuda. Orang yang mengumpulkan kartu paling banyak adalah yang memenangkan permainan.
Berkat Chihayafuru
Meskipun bisa dibilang permainan klasik, namun hyakunin isshu karuta masih dimainkan hingga saat ini. Bahkan permainan ini cukup populer juga loh di kalangan anak muda. Selain itu, hingga kini masih ada sekolah-sekolah SMA yang suka mengadakan pertandingan hyakunin isshu karuta di kalangan siswanya.
Pada tahun 2007, seorang mangaka bernama Suetsugu Yuku menerbitkan komik berjudul Chihayafuru di bawah penerbit besar, Kodansha. Komik tersebut Chihaya Ayase, seorang gadis biasa yang hidupnya berubah sejak bertemu dengan seorang pemain hyakunin isshu karuta bernama Arata Wataya.
Komik itu mendulang kesuksesan besar sejak diserialisasi pada 2007 dan sempat memperoleh penghargaan Manga Taisho Award dan Kodansha Manga Award. Banyak anak muda dari Jepang yang mulai menyukai hyakunin isshu karuta karena membaca komik ini. Bahkan kabarnya, kini jumlah anak yang mengikuti klub karuta jadi membludak karena boomingnya komik Chihayafuru ini.
Saat ini, Chihayafuru sudah mencapai seri ke 33. Animenya sudah rilis hingga 15 episode dan pada 2016, dibuatlah versi live actionnya dengan dibintangi Suzu Hirose sebagai Chihaya Ayase dan Mackenyu sebagai Arata Wataya.
Bagaimana menurut kamu? Permainan yang cukup menarik bukan?
0 Comments